Pertempuran Lima Hari Semarang atau yang juga disebut Palagan 5 Dina ini termasuk dalam rangkaian sejarah kemerdekaan Indonesia seiring kalahnya Jepang dari Sekutu di Perang Dunia II. Peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang melibatkan sisa-sisa pasukan Jepang di Indonesia dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) atau angkatan perang Indonesia saat itu sebelum menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang kemudian dikenang dengan dibangunnya sebuah monumen yakni Tugu Muda di Simpang Lima di ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini.
Table of Contents
Latar Belakang Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan pada 17 Agustus 1945, masih cukup banyak prajurit Jepang yang belum bisa pulang ke negaranya. Tidak sedikit serdadu Jepang yang dipekerjakan, misalnya di pabrik-pabrik atau sektor lain. Seiring dengan itu, pasukan Sekutu, termasuk Belanda, mulai datang ke Indonesia dengan maksud melucuti senjata dan memulangkan para mantan tentara Jepang yang masih tersisa.
Saat itu, mereka akan dipindahkan ke Semarang, namun melarikan diri dari pengawalan. Ratusan bekas serdadu Jepang tersebut melakukan perlawanan dan kabur ke daerah Jatingaleh. Di sana, mereka bergabung dengan pasukan batalion Kidobutai yang dipimpin oleh Mayor Kido. Latar Belakang penyebab terjadinya pertempuran 5 hari adalah karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr. Karyadi. Dokter Karyadi tewas ditembak oleh tentara Jepang saat akan melaksanakan tugas untuk memeriksa Reservoir Siranda di Candi Lama, salah satu sumber mata air di Kota Semarang. Pemeriksanaan tersebut berdasarkan berita bahwa Jepang menebarkan racun di mata air tersebut. Akibatnya, rakyat semakin marah dan melakukan serangan balasan kepada tentara Jepang.
Kronologi Peristiwa Pertempuran 5 Hari di Semarang
Upaya penentangan dari para mantan prajurit Jepang mulai terlihat di Semarang. Mereka bergerak melakukan perlawanan dengan alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang ditawan. Menurut catatan Ahmad Muslih dan kawan-kawan dalam buku ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (2015:189), Pertempuran Lima Hari dimulai sejak 15 hingga 20 Oktober 1945. Pada dini hari tanggal 15 Oktober, kurang lebih 2.000 orang dari Kidobutai mendatangi Kota Semarang.
Pertempuran pun terjadi selama lima hari antara kedua pihak. Ternyata, Kidobutai juga didampingi oleh pasukan Jepang lain di bawah pimpinan Jenderal Nakamura. Perang ini terjadi di empat titik di Semarang, yakni daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang, dan di depan Lawang Sewu (Simpang Lima). Lokasi konflik yang disebut banyak menelan korban dan berdurasi paling lama adalah di Simpang Lima atau yang kini disebut daerah Tugu Muda.
Tokoh Pertempuran 5 Hari Di Semarang
Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlibat adalah sbb :
1. Dr.Kariadi
Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Ia juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara.
2. Wongsonegoro
Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.
3. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta
Tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang bersama Mr. Wongsonegoro.
4. Mayor Kido (Pemimpin Kidobutai)
Pimpinan Batalion Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh.
- Soenart
- Istri dr. kariadi
- Kasman Singodimejo
- Perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.
- Jenderal Nakamura
- Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang
5. Pihak Jepang
- Mayor Kido
- Mayor Yogi
- Kapten Wada
- Sersan Tanaka
Akhir Pertempuran 5 Hari Di Semarang
Pertempuran 5 hari berlangsung dari 15 Oktober hingga 19 Oktober 1945. Pertempuran lima hari akhirnya berakhir. Akhir dari pertempuran 5 hari termasuk:
Gencatan senjata antara pemuda Semarang dan tentara Jepang
Jepang mulai berjuang dengan pemuda Semarang, jadi mereka menyerukan gencatan senjata. Kedua belah pihak menerima keputusan ini dan tidak melakukan perang, yang merenggut banyak korban.
Pembunuhan sandera Jepang
Namun, ketika ada gencatan senjata antara kedua belah pihak, Jepang masih menahan sekitar 75 warga sandera. Faktanya, tujuh puluh lima orang terbunuh dengan cara yang mengerikan. Warga yang disandera harus dibebaskan sesuai dengan kesepakatan yang ada. Orang-orang muda yang mengetahui tentang tindakan ini akhirnya terus menyerang sampai Jepang akhirnya mundur.
Kekalahan Jepang dan masuknya Sekutu ke Indonesia
Jepang akhirnya diusir dan dilucuti dari semua angkatan bersenjatanya setelah masuknya Sekutu ke Indonesia. Semarang akhirnya dibebaskan dari Jepang, yang telah terkendali selama 3 tahun setelah Belanda mengalahkan Jepang. Belanda terpaksa menyerahkan wilayah mereka yang telah dikontrol selama ratusan tahun.
Sayangnya, kekalahan Jepang tidak memberikan angin segar kepada para pejuang. Sekutu yang didukung oleh tentara Belanda tampaknya ingin mendapatkan kembali kendali atas negara ini. Perjuangan melawan kolonialisme dimulai lagi sampai Belanda dan komunitas internasional mengakui de facto dan de jure kedaulatan Indonesia.
Peristiwa Lain Terkait Pertempuran 5 Hari di Semarang
- Sebelum tanggal 20 Oktober, ada kejadian Gencatan Senjata antara kedua belah pihak, tetapi kendati demikian kejadian ini tidak memadamkan situasi, kejadian diperparah dengan pembunuhan sandera.
- Di Pedurungan, orang-orang Semarang, terutama dari Mranggen dan Genuk menjadi satu untuk memindahkan tawanan, yang menjadi sandera. Karena janji Jepang untuk mundur tidak dipenuhi maka 75 sandera itu dibunuh, sehingga perang berlanjut.
- Datangnya pemuda dari luar Kota Semarang untuk membantu menjadikan Jepang marah.
Radius 10 km dari Tugu Muda menjadi medan peperangan.
Baca Juga: Pengertian Negara Federal: Ciri-Ciri Dan 9 Perbedaanya.