Rumah Adat Aceh: Sejarah, Ciri Khas, 8 Bagian

Sejarah Rumah Adat Aceh

Pada saat ini, Rumah Aceh sudah semakin langkah, tetapi dapat dilihat di komplek Kantor Museum Aceh di Kota Banda Aceh, dan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, serta Rumah Cut Nyak Dhien yang ada di Desa Lampisang, 10 km dari pusat Kota Banda Aceh.

Apabila Anda berkunjung ke Rumah Aceh yang terletak di komplek Museum Aceh banyak terdapat barang-barang peninggalan tempo dulu yang sering digunakan oleh orang Aceh diantaranya pedeung on jok, jingki, guci, Berandam atau Tempat menyimpan padi dan lain-lainnya. Jika anda ke Banda Aceh jangan lupa untuk datang mengunjungi dan saksikan keadaan rumah Adat Aceh tempo dulu. Ciri khas rumah adat Aceh ini terdiri dari 44 tiang dan mempunyai 2 tangga depan dan belakang.

Asal-Usul Rumah Adat Aceh

adat aceh

Kepercayaan individu atau masyarakat yang hidup mempunyai pengaruh signifikan terhadap bentuk arsitektur bangunan, rumah, yang dibuat. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Rumoh Aceh, Provinsi, Nanggrou Aceh Darussalam. Pada umumnya Rumoh Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3 meter, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat.

Rumoh dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki 24 tiang. Modifikasi dari tiga ke lima ruang atau sebaliknya bisa dilakukan dengan mudah, tinggal menambah atau menghilangkan bagian yang ada di sisi kiri atau kanan rumah. Bagian ini biasa disebut seramoe likot atau serambi belakang dan seramoe reunyeun atau serambi bertangga, yaitu tempat masuk ke Rumah yang selalu berada di sebelah timur.

BACA JUGA: Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Nama Raja yang Pernah Berkuasa.

Pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan.

Bagian-Bagian Rumah Adat Aceh

Berikut ini terdapat beberapa bagian-bagian rumah adat aceh, antara lain:

1. Serambi Depan (Seuramoe-Ukeu)

Seuramoe ini merupakan ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki. Letaknya tepat di bagian depan rumah. Ruangan ini juga berfungsi sekaligus untuk menjadi tempat tidur serta tempat makan tamu laki-laki.

2. Serambi Belakang (Seuramoe-Likoot)

Fungsi utama dari ruangan ini merupakan tempat untuk menerima tamu perempuan. Letaknya ada di bagian belakang rumah. Sama seperti serambi depan tadi, serambi ini dapat sekaligus menjadi tempat tidur serta ruang makan tamu perempuan.

3. Rumah Induk (Rumoh-Inong)

Letak dari ruang ini diantara serambi depan dan serambi belakang. Posisinya pun dibuat lebih tinggi dan terbagi jadi dua kamar. Keduanya dipisahkan oleh gang yang menghubungkan serambi depan dan serambi belakang.

4. Dapur (Rumoh-Dapu)

Letak dari dapur ini dekat atau tersambung dengan serambi belakang. Lantai dapur posisinya sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang.

5. Teras (Seulasa)

Seulasa atau teras rumah ini terletak di bagian paling depan rumah. letaknya pun menempel dengan serambi depan. Letak dari teras ini memang sudah ditentukan sejak jaman dulu dan tidak berubah sampai sekarang.

6. Lumbung Padi (Kroong-padee)

Masyarakat Aceh sebagan beser kegiatannya adalah bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, Masyarakat Aceh menyediakan lumbung padi yang berada terpisah dari bangunan utama. Meskipun terpisah, lumbung padi ini letaknya masih berada di pekarangan rumah. Letaknya pun variatif, bisa di belakang, di samping, atau bahkan di depan rumah.

7. Gerbang (Keupaleh)

Biasanya gerbang ini tidak terlalu umum dijumpai di rumah adat Aceh. Gerbang biasanya dimiliki oleh kalangan orang berada atau tokoh masyarakat. Inilah salah satu ciri-ciri dari rumah milik tokoh masyarakat tersebut. Gerbang biasanya terbuat dari kayu dan dipayungi bilik di atasnya.

8. Tiang (Tamee)

Tiang adalah komponen paling utama yang wajib dimiliki oleh rumah adat Aceh. Kekuatan dari tiang inilah yang menjadi tumpuan utama rumah adat ini. Tiang ini berbentuk bulat dengan diameter 20-35 cm dan setinggi 150-170 cm.

Jumlahnya dapat berupa 16, 20, 24, atau 28 batang. Keberadaan tiang-tiang ini juga fungsinya memudahkan proses pemindahan rumah tanpa harus susah payah membongkarnya.

Ciri Khas Rumah Adat Aceh

Berikut ini terdapat beberapa ciri khas dalam rumah adat aceh, antara lain:

  • Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap tamu yang datang harus memiliki niat baik.
  • Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan anggota keluarga dari serangan binatang buas.
  • Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
  • Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
  • Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur; menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
  • Keunikan Rumah Adat Aceh.
  • Keunikan rumah Aceh terletap pada atapnya, untuk pengikat tali hitam atau tali ijuk mempunyai yang untuk penahan atap yang diikat tidak bersambung mempunyai kegunaan yang sangat berati, misalnya saat terjadi musibah kebakaran pada bagian atap maka pemilik rumah hanya memotong satu tali saja sehingga seluruh atap rumah yang terhubung atau terpusat pada tali ijok langsung jatuh atau roboh jadi terhindar dari kebakaran kayu dan dapat meminimalisir dampk dari musibah yang terjadi.

Pembanguna rumah Aceh harus menghadap utara dan selatan ini dimaksudkan agar sinar cahaya nmatahari mudah masuk kekamar baik yang berada disisi timur ataupun sisi barat, jika ada rumah Aceh yang menghadap kearah barat atau timur maka akan mudah roboh karena menentang arah angin.

Namun saat ini, seiring perkembangan zaman yang menuntut semua hal dikerjakan secara efektif dan efisien serta semakin mahalnya biaya pembuatan dan perawatan rumoh Aceh, maka lambat laun semakin sedikit orang Aceh yang membangun rumah tradisional ini. Akibatnya, jumlah rumoh Aceh semakin hari semakin sedikit.Masyarakat lebih memilih untuk membangun rumah modern berbahan beton yang pembuatan dan pengadaan bahannya lebih mudah dari pada rumoh Aceh yang pembuatannya lebih rumit, pengadaan bahannya lebih sulit, dan biaya perawatannya lebih mahal.

Namun, ada juga orang-orang yang karena kecintaannya terhadap arsitektur warisan nenek moyang mereka ini membuat rumoh Aceh yang ditempelkan pada rumah beton mereka. Sumber Masyarakat Aceh, pemandu Museum Aceh.

 

Exit mobile version