Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Nama Raja yang Pernah Berkuasa.

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke 7 (tujuh), bukti mengenai keberadaan bisa kita ketahui dari beberapa peninggalannya, termasuk prasasti Kedukan Bukit. Munculnya Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan telah mengalihkan perhatian para ahli sejarah Indonesia dari kerajaan Mataram.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Beberapa orang terkadang menyimpulkan bahwa keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Nusantara masih menjadi misteri, pendapat tersebut disebabkan karena sumber sejarah kerajaan Sriwijaya masih tidak cukup untuk menggambarkan sejarah dari awal hingga keruntuhan (akhir).

Bukti fisik Sriwijaya masih belum banyak ditemukan, terlebih lagi tidak ada catatan lebih lanjut terkait dengan Sejarah Kerajaan Sriwijaya. Bahkan sebelum tahun 1920, orang Indonesia modern belum ada yang mendengar mengenai Sriwijaya, sejarahnya benar-benar terlupakan. Baru setelah tahun 1920an diangkat kembali oleh sarjana asing.

Sriwijaya adalah kerajaan terbesar di Nusantara pada abad ke 20, sekaligus menjadi simbol kebesaran Pulau Sumatera pada saat itu. Ada beberapa sebutan atau julukan terkait dengan nama “Sriwijaya”, seperti Javadeh dan Yavadesh (dalam bahasa Pali dan Sanskerta). Sementara itu, orang Tiongkok atau Tionghoa menyebutnya dengan nama San Fo Qi atau San Fo Ts’i dan Li Fo Shih. Ada juga Zabaj (Arab) dan Melayu (Khamer). Banyaknya nama merupakan salah satu kendala sulitnya menemukan kerajaan Sriwijaya.

Latar Belakang Berdirinya Sriwijaya

kerajaan sriwijaya

 

 

Berdasarkan sumber catatan I Tsing, Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak tahun 671 Masehi. Kemudian dalam isi Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 682 menyebutkan bahwa Dapunta Hyang merupakan pemimpin atau raja pada saat itu. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Maritim sekaligus pusat perdagangan di Asia Tenggara, khususnya Nusantara.

Kemudian pada peninggalan lain berupa prasasti dengan nama “Kota Kapur” berangka tahun 686 menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah menguasai wilayah seperti Lampung, Belitung, Sumatera Selatan dan Pulau Bangka. Isi lain menceritakan tentang ekspedisi militer ke Bhumi Jawa (Pulau Jawa) yang bertujuan untuk melakukan penaklukan terhadap kerajaan yang ada. Bila mengacu pada tahun tersebut, maka ekspedisi ini bersamaan dengan runtuhnya kerajaan besar seperti Kalingga dan Tarumanegara di Jawa.

BACA JUGA: 10 Faktor Kebutuhan Manusia

Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini terdapat beberapa raja-raja yang memerintah kerajaan sriwijaya, antara lain :

  1. Srijayanasa (Dapunta Hyang), berkuasa pada tahun 671
  2. Rudra Vikraman (Lieou Teng Wei Kong), tahun 728
  3. Sri Indrawarman (Shih Li T’o Pa Mo), Tahun 708
  4. Sri Maharaja, berkuasa dari tahun 775
  5. Rakai Panangkaran, raja dari tahun 778
  6. Samaragrawira, 782
  7. Samaratungga, 792
  8. Balaputradewa, berkuasa pada tahun 856
  9. Sri Udayaditya Warmadewa
  10. Sri Caudamani Warmandewa
  11. Sri Mara Vijayottunggawaran
  12. Sangrama Vijayottunggawaran
  13. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa

Letak Geografi Kerajaan Sriwijaya

Menurut isi Prasasti Kedukan Bukit, kedatuan Sriwijaya didirikan pertama kali di tepi Sungai Musi, Palembang (sekarang). Sementara itu, pada teori Palembang dengan tokoh pelopor bernama Coedes dan Pierre Yvs Manguin, mereka berpendapat bahwa selain Palembang ada daerah lain yang diduga sebagai pusa ibu kota kerajaan Sriwijaya seperti di Muara Takus dekat Sungai Kampar di Riau dan dekat Sungai Batanghari Muaro Jambi.

Penelitian tentang pusat kerajaan Sriwijaya pernah dilakukan oleh Pierre Yves Manguin melalui observasi yang dilakukan pada sekitar tahun 1993. Hasil penelitiannya yaitu pusat ibu kota Sriwijaya terletak di Provinsi Sumatera Selatan, tepatnya di Sungai Musi antara Sabokingking dan Bukit Seguntang. Lokasi tersebut sangat dekat dengan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Situs Karanganyar.

Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya

Penguasa atau Raja di Kerajaan Sriwijaya disebu Maharaja atau Dapunta Hyang. Jabatan-jabatan lain dibawah raja seperti putra mahkota (Yuvaraja), putra mahkota 2 (Pratiyuvaraja) dan pewaris-pewaris selanjutnya disebut (Rajakumara). Informasi terkait dengan kehidupan politik dapat kita ketahui dari isi prasasti Telaga Batu. Disitu dijelaskan mengenai struktur jabatan dalam pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.

Selain berisi jabatan dalam struktur pemerintahan, diceritakan juga mengenai kutukan raja bagi yang menentangnya dan kehidupan sosial ekonomi berupa pekerjaan yang ada pada saat itu.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Setiap kerajaan pasti mengalami masa keemasan, demikian halnya dengan Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia jilid II disitu dijelaskan bahwa Sriwijaya mengalami masa kejayaan saat Raja Balaputradewa berkuasa.

Saat itu, Kerajaan Sriwijaya melakukan hubungan baik dengan kerajaan dari India, hubungan baik ditandai dengan dikirimnya pendeta dari Sriwijaya ke India. Balaputradewa kemudian mengajukan kepada raja tersebut untuk membangun biara bagi para Pendeta Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha di Asia Tenggara. Lokasi yang strategis membuat rute jalur laut dimanfaatkan sebagai salah satu pemasukan ekonomi, setiap kapal lewat akan dikenai biaya bea cukai.

Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini terdapat beberapa keruntuhan kerajaan sriwijaya, antara lain:

  • Akibat serangan dari India, saat itu yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya adalah Sri Sundamani Warmadewa. serangan tersebut berhasil melemahkan Kerajaan Sriwijaya.
  • Melemahnya Sriwijaya karena terjadi ekspedisi besar-besaran ke semenanjung Malaya yang diperintahkan oleh raja Kertanegara.
  • Munculnya kerajaan islam baru, yaitu Samudra Pasai, yang membuat melemahnya Kerajaan Sriwijaya.
  • Serangan pada tahun 1023 dan 1030, serangan tersebut berhasil menawan Raja Kerajaan Sriwijaya.
  • Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477, yang mengakibatkan Kerajaan Sriwijaya takluk.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan sriwijaya, antara lain:

1. Palas Pasemah

Prasasti ini berisi tigabelas kalimat yang menggunakan bahasa melayu kuno, berhasil ditemukan di desa Palas Pasemah tepatnya di sekitar daerah rawa.

2. Hujung Langit

Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya kedua ini dibuat sekitar tahun 997 masehi, ditemukan di desa Haur Kuning, isinya berupa kisah pemberian tanah oleh raja Sima.

3. Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir pulau bangka, isinya berupa kutukan bagi siapa saja yang membantah sang raja dan struktur pemerintahan kerajaan.

4. Talang Tuo

Prasasti ini berisi kumpulan doa-doa bekas peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

5. Kedukan Bukit

Isi prasasti Kedukan Bukit berkaitan dengan kisah seorang utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang melakukan perjalanan menggunakan perahu, dan berhasil menaklukan daerah lain.

6. Telaga Batu

Prasasti ini berisi mengenai kutukan bagi siapa saja yang berbuat jahat dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya.

7. Leiden

Prasasti terakhir yakni prasasti Leiden, berisi tentang hubungan baik antara dinasti Sailendra Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti Chola.